Jumat, 08 Juni 2012

FieldTrip Pengantar Seni dan Arstektur




1. Taman Suropati
              Dari segi arsitektur, taman ini berbentuk simetris dengan axis yang jelas seperti taman gaya eropa namun lebih tropis karena ditumbuhi pohon rindang. Dengan dihiasi tanaman beraksen warna yang natural,  serta gradasi ketinggian tanaman, membuat taman ini semakin  nyaman digunakan untuk bersantai dan rekreasi.
            Didalam taman ini pula, terdapat 4 petak berbentuk persegi panjang tanaman bunga yang berada ditengah taman sebagai axis dari taman ini. Dikedua sisi tengah dari taman ini terdapat  kolam berbentuk lingkaran dilengkapi water fiture berupa air mancur. Serta terdapat pula sculpure dari keenam negara Asean seperti yang telah dijelaskan, disetiap sisi kiri kanan taman secara berurutan dari pangkal hingga ujung taman. Hal lain yang menjadi pemikat di Taman ini ialah kita dapat memanfaatkan 4 track tonjolan jalan berbatu yang sisinya berpegangan tangan dari stainless steel sebagai media refleksi kaki. Selain itu, ditaman ini terdapat 2 sarang burung dara yang menjadi obyek pemikat tersendiri karena banyaknya burung dara yang bermain di dalam taman ini.
            Melirik ke kawasan sekitar tapak, tepat diseberang jalan arah selatan taman ini, terdapat kantor Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas). Gedung ini, berbentuk kotak dengan kedalaman berbeda, seperti sebuah permainan lego.
Prinsip kesatuan dan keselarasan didalam site taman ini nampak cukup seimbang karena terdapat hubungan yang tidak berlebihan antara seni, alam, dan keindahan,




 2. Taman Menteng
            Konsep desain yang dipakai ialah perpaduan antara geometris dan organik. Hal ini tampak dari alur pedestrian dan pola taman itu sendiri, dimana terdapat garis-garis lurus dipadu pola melingkar.
            Bangunan berdinding kaca di taman ini, tampak menjadi Vocal Point yang ingin ditonjolkan. Dengan bentuk segitiga, arsitektur bangunan ini memperlihatkan ciri Techno-arthistic dimana memperlihatkan suatu konstruksi perpaduan baja dan kaca. Melalui gaya Arsitektur Modern, bangunan kaca yang menjadi lokasi pameran ini menjadi daya pikat tersendiri dari taman menteng. Namun, keberadaan dari bangunan kaca di dua sisi ini, nampak kurang harmonis dengan kondisi di dalam tapak yang hendak menimbulkan kesan sejuk. Keberadaan bangunan ini, justru terlihat mendukung suasana panas di tapak kala matahari terik. Hal ini nampaknya dikarenakan kurangnya vegetasi penyejuk di sekitar bangunan. Namun, apabila yang dilihat ialah suatu keselarasan dengan gedung bertingkat diluar tapak, keberadaan bangunan ini memang tampak selaras karena mendukung kemegahan gedung bertingkat.
            Kurangnya vegetasi penyejuk seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, juga tampak pada sekitar pedestrian.  Pedestrian berbahan keramik bercorak, tiduk didukung dengan kesejukan pohon disekitarnya, sehingga pada saat terik matahari, pengguna akan merasa gerah dan kepanasan



 3. Kota Tua
                  Kota Tua, merupakan wilayah bersejarah di jakarta. Terdapat berbagai bangunan bersejarah peninggalan Belanda di kawasan ini, seperti Museum Fatahillah dan Museum Seni dan Keramik.
            Museum Fatahillah dulunya merupakan balai kota di zaman penjajahan Belanda yang dibangun tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jendral Johan Van Hoorn. Arsitektur bangunannya bergaya neoklasik, tepatnya pada masa barok klasik. Ciri khas gaya arsitektur barok klasik tampak pada bangunan tiga lantai dengan cat kuning tanah, kusen pintu dan jendela dari kayu jati berwarna hijau tua, serta pada bagian atap utama memiliki penunjuk arah mata angin. Museum  yang memiliki luas lebih dari 1.300 meter persegi ini, terdapat pekarangan dengan susunan konblok, dan sebuah kolam dihiasi beberapa pohon tua.
            Selain museum fatahillah, terdapat pula museum seni rupa dan keramik. Bangunan dengan delapan tiang besar di bagian depan ini, memiliki perpaduan gaya arsitektur romawi dan yunani kuno, atau neo-klasik. Ciri khas gaya arsitektur gedung seluas 2430 m2 ini ialah bagian atas depan berbentuk segitiga yang menggambarkan Crown atau Mahkota Raja, sedang bagian teras depan ditopang tiang pilar bergaya dorik.
            Melihat dari sisi lain, manajen atau pengelolaan kedua bangunan ini dapat dikatakan sangat memprihatinkan. Kawasan disekitar museum sangat tak terawat sehingga mengurangi nilai estetika visual dan fungsi dari kawasn Kota Tua.









4. Taman Jogging Summarecon
Taman ini dibangun dengan pola organik dimana elemen tanaman dan pohon yang dipilih ialah sebagai penyejuk dan peneduh. Elemen soft material pepohonan ini sangat sesuai sebagai mana fungsi utama dari keberadaan taman ini sebagai arena jogging track yang memerlukan keteduhan untuk suatu kenyamanan.
            Paving untuk jogging track dipilih berbahan bata yang tidak licin. Selain itu terdapat track bebatuan sebagai arena refleksi kaki. Di sisi ujung taman, terdapat plaza mini dengan perkerasan bata pula. Untuk area bermain anak, cover yang digunakan ialah tanah pasir, namun ada pula yang ber-paving dari semen.


1 komentar:

  1. mau ijin ya, mau ngambil info sama foto yg ttg taman surotapi, mau buat tugas kuliah juga...

    makasih

    BalasHapus