Sabtu, 13 Juni 2015

Opini ‘kritik’ Desain di Kota Palembang (2)




Menyambung tulisan saya yang pertama yang sok-sokan ngasih opini tentang Bundaran Air Mancur Palembang (dapat dibaca di http://tarmizilanskap.blogspot.com/2015/06/opini-kritik-desain-di-kota-palembang-1.html). Sekarang saya mau menyambung kesok-sokan saya ini untuk mengemukakan pendapat tentang desain / konstruksi tambahan di Masjid Agung Palembang.
Saya akan memberikan sebuah foto :
Gerbang Masjid dan Fasad Bangunan sisi Timur
                     
Bagaiamana? Pasti tidak ada masalah nampaknya.

Kembali lagi saya ingatkan sebagaimana di tulisan saya sebelumnya, bahwa Desain sesuatu itu harus ada kesatuan (unity) dan keselarasan (harmony), keseimbangan (balance), proporsi (proportion), irama (rhytm), kontras (contrast), dan pengulangan (repetition). Lantas apa hubungannya?

Di ulasan ini, bagian prinsip desain yang lebih saya tekankan ialah Kesatuan dan keselarasan. Jadi kita harus melihat keseluruhan dari suatu objek yang kita akan nilai.
Berikut adalah foto masjid dari dua spot berbeda.
View Masjid dari arah timur (sumber foto : skyscrapercity.com)

View Masjid dari arah selatan (sumber foto : palembang-tourism.com)

View dari arah barat (sumber gambar : sumsel.kemenag.go.id)

Desain apa yang langsung nampak menonjol?
Jika saya katakan kubah limas atau segitiga? Mudah-mudahan semua setuju.


Ya. Masjid kebanggan masyarakat Palembang ini sejak awal berdirinya sudah dirancang oleh sang arsitek dari Eropa untuk mengusung tema 3 tipe arsitektur yaitu Eropa, Indonesia, dan China/Tiongkok.
Unsur eropa nampak dari bentuk jendela yang tinggi melengkung. Unsur indonesia tercermin dari atap berundak tiga dengan atap paling atas berbentuk limas. Ini menjadi ciri arsitektur nusantara yg mengadopsi candi Hindu-Jawa yang dipakai juga di masjid Demak. Terakhir ialah unsur China. Ini tampak juga dari atap yang beraksen seperti tanduk melengkung. Tentu ini mengingatkan pada atap Klenteng China.

 

Jendela masjid (sumber foto : annida-online.com)

Atap Bangunan Utama Masjid (sumber foto : id.indonesia.travel.com)
Ornamen jurai daun seperti tanduk (sumber foto : travel.detik.com)
Ini adalah bentuk masjid di awal pembangunannya.
Awal pembanguan (Foto arsip kota)
Kemudian ini foto pada masa perluasan di abad 19 hingga 20.
Perluasan Masjid dengan penambahan bangunan (arsip kota)
Dan ini penampakan saat ini
Masjid Agung saat ini (sumber foto : sumsel.kemenag,go.id)
Nampak bentuk atap limas ini menjadi kekuatan yang sangat mencolok.  Ciri ini menjadi pembeda antara Masjid tertua di palembang ini dengan masjd-masjid pada umumnya yang memiliki atap Kubah, ciri utama masjid indonesia kebanyakan.

Kembali ke foto awal.
(Sumber foto : national.geographic.com)

(sumber foto : syahmijasin.wordpress.com)

Hm? Bisa memahami pikiran saya? Jika iya, mungkin kita jodoh.. hahah...
Ya... saya bingung ketika sekitar tahun 2014 lalu terjadi penambahan konstruksi di pintu bagian timur ini. Apa yang mendasari penambahan 3 buah kubah kecil disini?
Ini foto sebelum ada penambahan kubah.
Sebelum 2004 (sumber foto : airasia.com)
Sekali lagi, Apa yang mendasari penambahan 3 buah kubah kecil disini?
Tidak ada satupun bentuk kubah yang berhasil saya temukan sebelumnya di masjid ini. Dan tiba-tiba konsep atap Limas terpecah dengan penambahan 3 kubah kecil ini. Kecil, namun sangat berdampak besar bagi kesatuan dan keselarasan desain keseluruhan yang ada.

Mungkin saya bisa memahami dengan maksud untuk memperindah fasad masjid. Namun, ketidak sesuaian ini yang tidak bisa saya pahami. Bukan berarti ini jelek, namun menurut saya sangat tidak sesuai dan mengacaukan konsep bangunan.
Sekali lagi ini cuma opini... Tidak ada karya seni yang tidak bagus... semua tergantung perspektif masing-masing individu.                                                                 

    ------------
Selanjutnya, di Bagian 3, saya akan membahas tentang lokasi lain di Palembang.
Bagian mana yang akan saya ulas?

0 komentar:

Posting Komentar