Menyambung
tulisan saya yang pertama yang sok-sokan ngasih opini tentang Bundaran Air
Mancur Palembang (dapat dibaca di http://tarmizilanskap.blogspot.com/2015/06/opini-kritik-desain-di-kota-palembang-1.html). Sekarang saya mau menyambung kesok-sokan saya ini untuk mengemukakan pendapat
tentang desain / konstruksi tambahan di Masjid
Agung Palembang.
Saya
akan memberikan sebuah foto :
Gerbang Masjid dan Fasad Bangunan sisi Timur |
Bagaiamana?
Pasti tidak ada masalah nampaknya.
Kembali
lagi saya ingatkan sebagaimana di tulisan saya sebelumnya, bahwa Desain sesuatu
itu harus ada kesatuan (unity) dan
keselarasan (harmony), keseimbangan (balance), proporsi (proportion), irama (rhytm),
kontras (contrast), dan pengulangan (repetition). Lantas apa hubungannya?
Di ulasan ini, bagian prinsip desain yang lebih saya tekankan ialah Kesatuan dan
keselarasan. Jadi kita harus melihat keseluruhan dari suatu objek yang kita
akan nilai.
Berikut
adalah foto masjid dari dua spot berbeda.
View Masjid dari arah timur (sumber foto : skyscrapercity.com) |
View Masjid dari arah selatan (sumber foto : palembang-tourism.com) |
View dari arah barat (sumber gambar : sumsel.kemenag.go.id) |
Desain
apa yang langsung nampak menonjol?
Jika
saya katakan kubah limas atau segitiga? Mudah-mudahan semua setuju.
Ya.
Masjid kebanggan masyarakat Palembang ini sejak awal berdirinya sudah dirancang
oleh sang arsitek dari Eropa untuk mengusung tema 3 tipe arsitektur yaitu
Eropa, Indonesia, dan China/Tiongkok.
Unsur eropa nampak dari bentuk jendela
yang tinggi melengkung. Unsur indonesia
tercermin dari atap berundak tiga dengan atap paling atas berbentuk limas. Ini
menjadi ciri arsitektur nusantara yg mengadopsi candi Hindu-Jawa yang dipakai
juga di masjid Demak. Terakhir ialah unsur China. Ini tampak juga dari atap
yang beraksen seperti tanduk melengkung. Tentu ini mengingatkan pada atap Klenteng
China.
Jendela masjid (sumber foto : annida-online.com) |
Atap Bangunan Utama Masjid (sumber foto : id.indonesia.travel.com) |
Ornamen jurai daun seperti tanduk (sumber foto : travel.detik.com) |
Ini
adalah bentuk masjid di awal pembangunannya.
Awal pembanguan (Foto arsip kota) |
Kemudian
ini foto pada masa perluasan di abad 19 hingga 20.
Perluasan Masjid dengan penambahan bangunan (arsip kota) |
Dan
ini penampakan saat ini
Masjid Agung saat ini (sumber foto : sumsel.kemenag,go.id) |
Nampak
bentuk atap limas ini menjadi kekuatan yang sangat mencolok. Ciri ini menjadi pembeda antara Masjid tertua
di palembang ini dengan masjd-masjid pada umumnya yang memiliki atap Kubah, ciri
utama masjid indonesia kebanyakan.
Kembali
ke foto awal.
(Sumber foto : national.geographic.com) |
(sumber foto : syahmijasin.wordpress.com) |
Hm?
Bisa memahami pikiran saya? Jika iya, mungkin kita jodoh.. hahah...
Ya...
saya bingung ketika sekitar tahun 2014 lalu terjadi penambahan konstruksi di
pintu bagian timur ini. Apa yang mendasari penambahan 3 buah kubah kecil
disini?
Sekali
lagi, Apa yang mendasari penambahan 3 buah kubah kecil disini?
Tidak
ada satupun bentuk kubah yang berhasil saya temukan sebelumnya di masjid ini. Dan
tiba-tiba konsep atap Limas terpecah dengan penambahan 3 kubah kecil ini.
Kecil, namun sangat berdampak besar bagi kesatuan dan keselarasan desain
keseluruhan yang ada.
Mungkin
saya bisa memahami dengan maksud untuk memperindah fasad masjid. Namun, ketidak
sesuaian ini yang tidak bisa saya pahami. Bukan berarti ini jelek, namun
menurut saya sangat tidak sesuai dan mengacaukan konsep bangunan.
Sekali lagi ini cuma opini... Tidak
ada karya seni yang tidak bagus... semua tergantung perspektif masing-masing
individu.
------------
Selanjutnya, di Bagian 3, saya akan membahas tentang lokasi lain di Palembang.
------------
Selanjutnya, di Bagian 3, saya akan membahas tentang lokasi lain di Palembang.
Bagian mana yang akan saya ulas?
0 komentar:
Posting Komentar