1. Taman Suropati
Dari
segi arsitektur, taman ini berbentuk simetris dengan axis yang jelas seperti
taman gaya eropa namun lebih tropis karena ditumbuhi pohon rindang. Dengan
dihiasi tanaman beraksen warna yang natural, serta gradasi ketinggian tanaman, membuat
taman ini semakin nyaman digunakan untuk
bersantai dan rekreasi.
Didalam taman ini pula, terdapat 4
petak berbentuk persegi panjang tanaman bunga yang berada ditengah taman
sebagai axis dari taman ini. Dikedua sisi tengah dari taman ini terdapat kolam berbentuk lingkaran dilengkapi water fiture berupa air mancur. Serta
terdapat pula sculpure dari keenam negara Asean seperti yang telah dijelaskan,
disetiap sisi kiri kanan taman secara berurutan dari pangkal hingga ujung
taman. Hal lain yang menjadi pemikat di Taman ini ialah kita dapat memanfaatkan
4 track tonjolan jalan berbatu yang sisinya berpegangan tangan dari stainless
steel sebagai media refleksi kaki. Selain itu, ditaman ini terdapat 2 sarang
burung dara yang menjadi obyek pemikat tersendiri karena banyaknya burung dara
yang bermain di dalam taman ini.
Melirik ke kawasan sekitar tapak,
tepat diseberang jalan arah selatan taman ini, terdapat kantor Badan
Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas). Gedung ini, berbentuk kotak
dengan kedalaman berbeda, seperti sebuah permainan lego.
Prinsip
kesatuan dan keselarasan didalam site taman ini nampak cukup seimbang karena
terdapat hubungan yang tidak berlebihan antara seni, alam, dan keindahan,
2. Taman Menteng
Konsep
desain yang dipakai ialah perpaduan antara geometris dan organik. Hal ini
tampak dari alur pedestrian dan pola taman itu sendiri, dimana terdapat
garis-garis lurus dipadu pola melingkar.
Bangunan berdinding kaca di taman
ini, tampak menjadi Vocal Point yang
ingin ditonjolkan. Dengan bentuk segitiga, arsitektur bangunan ini
memperlihatkan ciri Techno-arthistic dimana
memperlihatkan suatu konstruksi perpaduan baja dan kaca. Melalui gaya
Arsitektur Modern, bangunan kaca yang menjadi lokasi pameran ini menjadi daya
pikat tersendiri dari taman menteng. Namun, keberadaan dari bangunan kaca di
dua sisi ini, nampak kurang harmonis dengan kondisi di dalam tapak yang hendak
menimbulkan kesan sejuk. Keberadaan bangunan ini, justru terlihat mendukung
suasana panas di tapak kala matahari terik. Hal ini nampaknya dikarenakan
kurangnya vegetasi penyejuk di sekitar bangunan. Namun, apabila yang dilihat
ialah suatu keselarasan dengan gedung bertingkat diluar tapak, keberadaan
bangunan ini memang tampak selaras karena mendukung kemegahan gedung
bertingkat.
Kurangnya vegetasi penyejuk seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, juga tampak pada sekitar pedestrian. Pedestrian berbahan keramik bercorak, tiduk
didukung dengan kesejukan pohon disekitarnya, sehingga pada saat terik matahari,
pengguna akan merasa gerah dan kepanasan
3. Kota Tua
Kota
Tua, merupakan wilayah bersejarah di jakarta. Terdapat berbagai bangunan
bersejarah peninggalan Belanda di kawasan ini, seperti Museum Fatahillah dan
Museum Seni dan Keramik.
Museum Fatahillah dulunya merupakan
balai kota di zaman penjajahan Belanda yang dibangun tahun 1707-1710 atas
perintah Gubernur Jendral Johan Van Hoorn. Arsitektur bangunannya bergaya
neoklasik, tepatnya pada masa barok klasik. Ciri khas gaya
arsitektur barok klasik tampak pada bangunan tiga lantai dengan cat kuning
tanah, kusen pintu dan jendela dari kayu jati berwarna hijau tua, serta pada bagian
atap utama memiliki penunjuk arah mata angin. Museum yang memiliki luas lebih dari 1.300
meter persegi ini, terdapat pekarangan dengan susunan konblok,
dan sebuah kolam dihiasi beberapa pohon tua.
Selain museum fatahillah, terdapat
pula museum seni rupa dan keramik. Bangunan dengan delapan tiang besar di
bagian depan ini, memiliki perpaduan gaya arsitektur romawi dan yunani kuno,
atau neo-klasik. Ciri khas gaya arsitektur gedung seluas 2430
m2 ini ialah bagian atas depan berbentuk segitiga yang menggambarkan
Crown atau Mahkota Raja, sedang bagian teras depan ditopang tiang pilar bergaya
dorik.
Melihat
dari sisi lain, manajen atau pengelolaan kedua bangunan ini dapat dikatakan
sangat memprihatinkan. Kawasan disekitar museum sangat tak terawat sehingga
mengurangi nilai estetika visual dan fungsi dari kawasn Kota Tua.
4. Taman Jogging Summarecon
Taman
ini dibangun dengan pola organik dimana elemen tanaman dan pohon yang dipilih
ialah sebagai penyejuk dan peneduh. Elemen soft
material pepohonan ini sangat sesuai sebagai mana fungsi utama dari
keberadaan taman ini sebagai arena jogging
track yang memerlukan keteduhan untuk suatu kenyamanan.
Paving untuk jogging track dipilih
berbahan bata yang tidak licin. Selain itu terdapat track bebatuan sebagai
arena refleksi kaki. Di sisi ujung taman, terdapat plaza mini dengan perkerasan
bata pula. Untuk area bermain anak, cover yang digunakan ialah tanah pasir,
namun ada pula yang ber-paving dari semen.
mau ijin ya, mau ngambil info sama foto yg ttg taman surotapi, mau buat tugas kuliah juga...
BalasHapusmakasih